




“Jadi tidak bisa serta-merta hal ini (tawuran) dikaitkan dengan budaya masyarakat Palembang membawa pisau dulu, motifnya berbeda, ya jelas, jangan kita asumsikan sama,” kata dia.
Ia menjelaskan, sejatinya masyarakat Palembang ini menganut falsafah hidup pentingnya keguyuban dan kerukunan antarsesama.
Falsafah hidup itulah yang terus dipegang masyarakat mulai baik dari era Kerajaan Sriwijaya dengan corak agama Budha, Kesultanan Palembang Darussalam bercorak Islam sampai saat ini sehingga Palembang menjadi kota maju dengan masyarakat yang heterogen.
Hanya saja, ia menyebutkan, sempat ada pergerseran tren bermasyarakat, yang mana sekitar dekade 1970 sampai dengan 1990 aksi premanisme di Palembang mengalami peningkatan dampak gejolak sosial-politik-ekonomi nasional. HALAMAN SELANJUTNYA>>







