




Jakarta, JN
Pengamat film sekaligus Wakil Ketua I Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Hikmat Darmawan menilai kehadiran perempuan di industri film Indonesia pada masa sekarang telah berkembang menjadi semakin beragam, baik di dalam layar maupun di balik layar.
“Kalau melihat situasi pasca-reformasi 1998, jelas kehadiran perempuan di dalam layar maupun di balik layar itu kuat. Yang di balik layar juga mempengaruhi di dalam layar. Kita lihat bahwa perspektif perempuannya lebih kuat dan beragam,” kata Hikmat saat dihubungi ANTARA pada Kamis (21/4/2022).
Ia menjelaskan bahwa perjalanan representasi perempuan di dalam layar film Indonesia terjadi secara naik-turun dari masa ke masa. Pada masa kolonial hingga revolusi, misalnya, posisi perempuan dalam narasi film justru lebih kuat jika dibandingkan dengan masa Orde Baru.
“Film-film sekitar tahun 70 hingga 80-an, perempuan menjadi objek seksual atau objek khayalan laki-laki. Tapi masih ada sosok-sosok perempuan kuat yang terkadang jadi bercampur, jadi objek sekaligus perempuan kuat,” katanya.
Meski patriarki juga berlaku secara sistemik pada masa revolusi, Hikmat berpendapat paling tidak perempuan punya suara di dalam aspek produksi ditambah muncul kesadaran kuat dari pembuat film pada masa itu yang melihat sosok perempuan lebih maju. HALAMAN SELANJUTNYA>>

