



“Film originalnya sendiri sudah cukup Asia ya. Artinya bagaimana sih hubungan antara bapak sama anak itu ter-highlight. Dan bagaimana relasi antara bapak sama anak itu sebenarnya sudah relasi yang bahkan itu juga terjadi di Indonesia,” ujar Hanung.
“Makanya ketika kita ganti jadi bahasa Indonesia, itu kayak pakai baju yang sudah pas gitu. Mungkin kalau saya mengadaptasi film dari Amerika, bukan Asia, yang kulturnya berbeda sekali, mungkin itu akan susah. Tapi kalau sesama Asia, sebetulnya kita masih relate. Jadi saya tidak neko-neko di film ini,” lanjutnya.
Kendati demikian, Hanung tetap merasa tertantang membuat remake dari film ini. Sebab, dia harus mengungguli versi original dari “Miracle Cell In No.7”. Sebab, film ini telah mengandung pesan yang menarik untuk masyarakat. HALAMAN SELANJUTNYA>>

