Jejak Negeriku BERANDA
Dilanjutkannya, ketika terdakwa M Fauzi alias Pablo tertangkap OTT KPK dirinya ditelepon oleh rekannya Maulana kalau ada permintaan dari Edo untuk mencairkan semua uang milik M Fauzi alias Pablo yang ada di BRI dan BNI tersebut.
“Kami kan ada grup WhatsApp yang isinya saya, Maulana, Agung selaku Direktur CV Dana Swara perusahaan milik M Fauzi alias Pablo dan Edo. Ketika itu ada video call grup memberitahukan OTT tersebut. Tak lama dari itu Maulana menelpon saya dan menyampaikan kata Edo semua uang di rekening di bank ditarik. Dari itulah keesokan harinya saya, Maulana dan Agung menarik uang Rp 800 juta lebih di BRI, dan uang Rp 347 juta di BNI, katanya uang itu buat membayar oprasional perusahaan milik M Fauzi dan untuk biaya keperluan mengurus M Fauzi. Dari semua uang itu, untuk yang Rp 347 juta diambil Rp 7 juta buat membayar jasa saya dan ada buat gaji Agung sisidanya dipegang Edo. Sedangkan uang Rp 800 juta saya baru tahunya saat di Gedung Merah Putih KPK, dimana Maulana menceritakan kalau dirinya diminta oleh Edo menyerahkan uang Rp 800 juta kepada orang yang tidak dikenal di simping DPRD,” tandasnya Narandiah.
Sementara Maulana yang juga saksi di persidangan mengaku dirinya bersama saksi Narandiah yang membuatkan faktur pajak CV Dana Swara perusahaan milik terdakwa M Fauzi alias Pablo.
“Sebelum adanya OTT KPK M Fauzi alias Pablo meminta membuat rekening atas nama Narandiah di BRI dan BNI. Hal tersebut karena Narandiah namanya masih bagus di BI checking sehingga kedepannya bisa mengajukan pinjaman kredit. Kemudian setelah tahu M Fauzi alias Pablo tertangkap KPK, kala itu Edo menelpon dan meminta semua uang yang ada di rekening BRI dan BNI ditarik semua. Sehingga keesokan harinya kami menarik bank tersebut,” ujarnya.
Dijelaskannya, untuk uang yang Rp 800 juta lebih di BRI dibawa menggunakan tas warna abu-abu miliknya, kemudian atas perintah Edo tas berisi uang itu diberikannya kepada orang yang tidak dikenalnya. HALAMAN SELANJUTNYA>>
