




Misalnya saja, dalam satu pertandingan sepak bola akan menghidupkan perekonomian masyarakat dengan adanya sport tourisme sehingga membuka peluang bisnis bagi masyarakat sekitar. Bagi saya, segala bentuk apresiasi dalam bentuk apapun yang dilakukan oleh Presiden Prabowo merupakan tindakan yang sah-sah saja yang dilakukan oleh kepala negara terhadap capaian Timnas negaranya.
Terlebih, prestasi tersebut merupakan pencapaian yang tidak pernah dilakukan oleh Timnas sebelumnya di tengah masyarakat yang ‘gila bola’. Akan tetapi, apresiasi yang sama pula sudah sepatutnya dilakukan oleh Presiden negara terhadap cabang olahraga lainnya yang mampu mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.
Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kecemburuan dari cabang olahraga lainnya sekaligus menunjukan pemerintah hadir bagi setiap warga negaranya, termasuk pula dalam konteks olahraga menegaskan pemerintah hadir bukan hanya untuk sepak bola, melainkan bagi semua cabang olahraga yang membawa nama baik Indonesia.
Selain itu, jangan sampai olahraga dijadikan sebagai tunggangan politik elektoral sesaat. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa untuk menghidupkan prestasi olahraga membutuhkan sumber daya modal yang tidak sedikit. Proses seperti pembinaan, fasilitas, nutrisi dan kebugaran atlet, sparing dan biaya bertanding baik di dalam maupun luar negeri dan sejumlah persoalan lainnya membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Hal ini menimbulkan beberapa federasi dan kesatuan cabang olahraga baik di tingkat pusat maupun daerah sangat bergantung secara pembiayaan dengan pemerintah dan swasta. Posisi ini menyebabkan potensi politisasi yang sangat terbuka besar.
Di cabang olahraga sepak bola misalnya, sering kali kita menemukan sehabis proses pemilu berakhir diikuti dengan fenomena bangkrutnya tim sepakbola. Hal demikian disebabkan karena olahraga khususnya sepakbola acapkali dijadikan sebagai alat penggaet suara disebabkan banyak digandrungi oleh masyarakat.
Lantas apa indikator olahraga yang tidak dijadikan sebagai tunggangan politik elektoral? Bagi saya, mengingat bahwa nyatanya saat ini olahraga masih sangat bergantung secara pembiayaan baik oleh APBN/APBD termasuk pula oleh pengusaha yang kebetulan menjadi politisi, maka menentukan indikator sebuah olahraga tidak dimanfaatkan hanya untuk politik elektoral dapat dilihat dari pengelolaan. HALAMAN SELANJUTNYA>>







