




“Dengan luas dan kompleksitas permasalahan yang ada, Sumsel menjadi salah satu target prioritas restorasi gambut sejak 2016 hingga 2024,” ujar Edward.
Ia menambahkan, program ini sejalan dengan komitmen pemerintah pusat melalui Badan Restorasi Gambut (BRG) dan Badan Restorasi Gambut Mangrove (BRGM) yang menargetkan pemulihan 1,2 juta hektar.
Menurut Edward, strategi pemulihan gambut di Sumsel dilakukan dengan tiga pendekatan utama. Pertama, pembasahan kembali (rewetting), yaitu menjaga tinggi muka air gambut agar tetap lembab. Kedua, penanaman kembali (revegetasi) dengan menanam vegetasi asli di lahan yang rusak. Ketiga, revitalisasi masyarakat, yaitu melibatkan warga sekitar agar aktif mengelola dan menjaga lahan gambut.
“Pendekatan ini terbukti efektif untuk mencegah kerusakan, menekan potensi kebakaran hutan dan lahan, sekaligus memulihkan fungsi ekologis gambut,” tegasnya.
Lebih jauh, Edward menegaskan bahwa tanggung jawab menjaga gambut tidak hanya berada di pundak pemerintah. Perusahaan pemegang konsesi juga diwajibkan menjaga tinggi muka air tanah di lahan gambut maksimal 0,4 meter dari permukaan tanah agar tetap stabil. HALAMAN SELANJUTNYA>>







