



Selain itu, Hikmat juga menilai laki-laki sutradara yang memiliki perspektif perempuan atau terganggu dengan sudut pandang patriarki juga turut bermunculan setelah reformasi, seperti Garin Nugroho, Edwin, dan seterusnya.
Menurut Hikmat, peran strategis dalam industri film Indonesia memang masih didominasi oleh laki-laki secara kuantitatif. Namun secara kualitatif, ia menduga perempuan lebih dominan atau paling tidak sudah setara. Meski demikian, Hikmat tetap mengharapkan agar perempuan lebih mendominasi industri film Indonesia.
“Dan memang seharusnya begitu, seharusnya perempuan yang lebih dominan. Kalau laki-laki itu banyak yang merasa sudah nyaman dengan sistem, diuntungkan oleh sistem, sehingga nggak baharu,” ujarnya. (Antara/ded)

