




Di sisi lain, Wendi mengatakan, gelaran konser langsung sebetulnya lebih bisa mendukung pemasukan dari sisi promotor dan concert organizer dibanding konser virtual berbayar yang tidak sepenuhnya diminati oleh penonton.
“Hybird atau online concert itu sebetulnya mitigasi, bagaimana caranya tetap bisa manggung karena manggung bukan hanya sekadar main musik tapi sebuah profesi. Juga bagaimana pencaharian tetap berjalan dengan orang-orang di balik layar, seperti kru, manajer, teknisi, dan promotor,”
Menurut Wendi, para pelaku industri musik menyimpan optimisme untuk menyelenggarakan konser offline pada tahun depan mengingat cakupan vaksinasi di Indonesia sudah meningkat dan kasus pandemi melandai beberapa bulan terakhir.
Wendi mengatakan saat ini acara-acara musik dengan penonton skala kecil sudah mulai bergeliat, tetapi untuk acara musik sekelas festival yang memerlukan ribuan penonton masih belum bisa diselenggarakan mengingat pembatasan yang masih diterapkan pemerintah.
“Saya kemarin lihat Synchronize Fest juga akhirnya dibuat di M Bloc Space, kemudian ada IdeaFest yang bikin di M Bloc dalam skala terbatas 150 penonton. Beberapa festival besar seperti Java Jazz juga belum ada, terus Prambanan Jazz Festival juga masih online, kemudian Hammersonic juga masih belum terselenggara,” katanya. HALAMAN SELANJUTNYA>>







