




Selain itu, Gubernur menekankan peran telur sebagai salah satu bahan pangan bergizi tinggi. Menurutnya, dengan manajemen modern, hasil ternak bisa mendukung program penurunan stunting di Sumsel.
Wakil Bupati Banyuasin, Neta Indian, menyambut baik program ini. Ia menyebut, telur dari Banyuasin sudah tersebar ke berbagai daerah, bahkan sampai ke Jawa Barat.
“Dengan sertifikasi ini, peternak kami semakin percaya diri untuk meningkatkan produksi dan ekspansi pasar,” ungkapnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumsel, Ruzuan Effendi menyampaikan bahwa Sumsel kini berada di peringkat ke-8 nasional dalam produksi telur. Dengan surplus 250 ton per bulan, Sumsel sangat potensial untuk menjadi pemain utama di pasar nasional.
“Target kami, dalam satu bulan semua peternak di Banyuasin sudah mengantongi NKV. Ini akan menjadi contoh nasional bagaimana peternakan bisa bertransformasi,” jelasnya.
Menurutnya, sertifikasi ini tidak hanya memberi pengakuan, tetapi juga membuka akses peternak pada pasar modern dan peluang ekspor.
“Momentum ini adalah langkah menuju peternakan berkelas dunia,” tegas Ruzuan.
Herman Deru menutup acara dengan ajakan agar semua pihak, termasuk BUMD, ikut serta mendukung peternak.
“Saya ingin Banyuasin jadi role model peternakan modern di Indonesia,” tandasnya.
Dengan langkah tersebut, Sumsel kian mantap menapaki era baru peternakan yang berorientasi kualitas, kesehatan, dan daya saing internasional. (rob)







