



Uwi ai ndota atau disebut juga dengan ubi cincang ini masuk dalam daftar rekomendasi menu untuk program makan bergizi gratis (MBG) yang sedang dipersiapkan di Nusa Tenggara Timur, termasuk Kabupaten Ende. Semua tidak lepas karena kandungannya yang sangat baik untuk anak. Sebagai informasi program pemenuhan gizi seimbang juga sedang gencar-gencarnya dilakukan, kolaborasi pemerintah dengan relawan untuk mengatasi masalah stunting pada anak di Kabupaten Ende.
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ende menunjukkan bahwa dari 15.000 anak, terdapat 7,9 persen atau sekitar 1.185 yang mengalami stunting. Pengukuran antropometeri yang dilakukan dengan evaluasi stunting pada bulan Februari dan Agustus 2024 itu mengungkapkan adanya gangguan gizi sejak usia 0-6 bulan, 6-24 bulan, dan di atas 24 bulan.
Pemerintah daerah setempat telah meluncurkan berbagai program peningkatan asupan gizi seimbang, termasuk penambahan asupan protein dua kali lipat dan program konvergensi stunting yang menjangkau 21 kecamatan, 278 desa, dan 26 puskesmas.
Selain itu, layanan posyandu kini telah diperluas melalui Integrasi Layanan Primer (ILP) yang mencakup bayi, balita, ibu hamil, dan lansia. Dengan cakupan yang hampir mencapai 100 persen dan partisipasi anak mencapai 92,3 persen, inisiatif ini diharapkan dapat memberikan perlindungan gizi yang optimal bagi generasi penerus bangsa.
Para kader posyandu juga mulai dilatih untuk melangsungkan program pemberian satu telur kepada satu anak setiap hari dan pos gizi. Program ini adalah bentuk intervensi pemenuhan asupan gizi seimbang baru di Ende yang datang dari inisiatif relawan pendamping keluarga Yayasan Wahana Visi Indonesia (WVI). Sedikitnya ada 20 desa dalam binaan yayasan yang mulai dipersiapkan untuk melaksanakan program tersebut. Dalam misi ini pemberian makanan olahan masuk sebagai strategi utama.
Masyarakat menyakini bahwa makanan sehat khas Ende bukan hanya soal rasa, tetapi juga tentang kehidupan dan kebersamaan.
Anita, seorang koki di hotel ternama Kota Ende, mengungkapkan, sejak dahulu uwi ai ndota dan nasi kacang hitam adalah menu harian keluarga, baik itu keturunan musalaki –ketua adat atau kepala suku Ende Lio dan warga biasa.
Sebagaimana ditemukan di Desa Randoria, Kecamatan Detusoko masyarakatnya mengkombinasikan nasi kacang hitam dengan beras merah, yang lengkap dengan lauk-pauk seperti sayur dauh labu, ikan goreng dan sebagainya. Menu ini di masak secara khusus sebagai penghormatan ketika hari besar, panen raya, menyambut kelahiran, hingga menyambut tamu yang dianggap istimewa bagi warga desa.
Namun, demi tidak dilupakan oleh masyarakatnya sendiri karena kalah populer dengan makanan instan dari budaya asing, seperti suki, tom yum, Tteokbokki yang kian menjamur di Pulau Flores kini, pelaku usaha terlibat dalam kampanye kesehatan gizi dari pemerintah bahkan menyuguhkan uwi ai ndota – nasi kacang hitam berikut pendampingnya sebagai hidangan spesial untuk tamu. Harapannya jika dapat mengintegrasikan menu tradisional dalam pola makan sehari-hari, kesehatan orang tua dan anak-anak akan lebih terjaga.
“Bukan hanya warisan budaya, tetapi juga solusi alami untuk masalah gizi,” kata Anita.
Kabupaten Ende bukan hanya destinasi wisata alam yang memesona, melainkan juga surga kuliner yang kaya akan manfaat gizi. Cerita-cerita inspiratif tersebut semakin menguatkan tekad melestarikan kuliner tradisional sebagai bagian dari gaya hidup sehat.
Dari ubi nuabosi yang kaya vitamin A dan beta-karoten, pisang lela yang menyehatkan jantung dengan potassium-nya, hingga nasi kacang hitam yang penuh protein dan zat besi, setiap hidangan menyuguhkan kebaikan alam yang tak ternilai.
Ditambah lagi dengan upaya kolaborasi dalam meningkatkan gizi dan menekan angka stunting, tradisi kuliner ini semakin relevan sebagai solusi kesehatan bagi masyarakat. Tradisi kuliner untuk penyambutan di Desa Randoria, misalnya, menggambarkan betapa eratnya hubungan antarwarga dengan warisan budayanya.
Melalui kombinasi kearifan lokal, inovasi resep, dan semangat gotong royong, setiap suapan di Ende menceritakan kisah tentang kehidupan, kesehatan, dan harapan. Jadi, bila ada kesempatan untuk berlibur jangan lupakan tanah kelahiran Pancasila dengan ragam makanan sehatnya ini.(ded)

