Ditanya Soal Asimilasi, Alex Noerdin: Itu Lain Ceritanya







Masih dikatakannya, kemudian cara kedua yakni BOT (build operate and transfer). Dimana untuk BOT ini, yakni lahan milik Pemprov Sumsel dikerjasamakan dengan pihak investor dan ada kontribusi untuk Pemprov, bahkan waktu tertentu akan balik menjadi milik Pemprov Sumsel.

“Untuk BOT yang sudah ada dan sukses yakni seperti Palembang Icon, PSCC, RS Siloam dan di bawah RS Siloam ada Under Mall Siloam. Bahkan terkait BOT ini ada kas daerah yang masuk ke Pemprov. Kemudian mengapa Pasar Cinde di BOT? Karena saat itu sebelum dibongkar Pasar Cinde ini busuk, kotor, jorok, gelap, becek dan lokasinya di tengah kota di Jalan Sudirman. Sedangkan ketika itu kita mau Asian Games, makanya ditawarkan untuk lelang dan ada prosedurnya,” jelasnya.

Dalam proses BOT dan lelang itu, sambung Alex Noerdin, disampaikan kepada Walikota Palembang jika ada pemenang lelang sebab untuk lahannya (Pasar Cinde) adalah milik Pemprov Sumsel.

“Dikarenakan sudah ada pemenangnya (lelang) dan lahan itu milik kami (Pemprov), dari itu Walikota silahkan membongkarnya. Akan tetapi, ketika itu sempat ribut karena katanya cagar budaya. Sehingga ada save Pasar Cinde. Kemudian datanglah Dirjen Kebudayaan dari Jakarta, yakni Pak Didit Aryanto ketemu saya di Griya Agung. Lalu dia menyarankan, bahwa Pasar Cinde memang sudah didaftarkan diregistrasi untuk cagar budaya tapi belum di SK-kan karena walikota tidak ada kompetensi. Dari itulah, kita bentuk Tim Kajian Pelestarian Pasar Cinde dengan anggotanya 30 orang, yang di dalamnya ada dari Balai Purbakala, dari Cagar Budaya Jambi, Ahli Konstruksi. Hasilnya, Pasar Cinde layak dijadikan cagar budaya sehingga saya meminta Walikota membuat SK Cagar Budaya sehingga dibuatlah SK Cagar Budaya oleh Walikota tersebut,” jelas Alex Noerdin.

Masih katanya, selanjutnya dibuat surat lagi yang isinya bisa tidak dimanfaatkan untuk pembangunannya yang kemudian Walikota Palembang membuat tim dengan jumlah 41 orang melakukan kajian-kajian di Pasar Cinde.

“Hasil kajian Pasar Cinde itu rapuh. Kalau ada getaran atau gempa bumi bisa roboh hingga bangunannya harus segera dikosongkan. Dari itulah, Walikota membuat surat ke gubernur yang juga berdasarkan rekomendasi dari tim, jika boleh dibangun tapi konsep pasar bagian depannya tidak boleh dirubah,” jelasnya.

Ditanya siapa yang bertanggung jawab atas mangkraknya Pasar Cinde? Dijawab Alex Noerdin, jika dirinya tidak mempunyai kompetensi untuk menjawab itu. (ded)



About Admin JejakNegeriku.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!