



“Lagu aslinya canggih banget. MANJA sedikit bingung menginterpretasinya. Harus dumb down instrumentasi sedikit, dilurusin dan dibuat lebih simple. Waktu yang tersedia juga mepet. Syukur akhirnya ketemu juga versi yang ‘masuk’ dan hasilnya, bagi kami, memuaskan. Cukup membanggakan untuk sebuah kolab perdana,” ujar MANJA.
Faktor darah Skotlandia yang mengalir di diri sang vokalis MANJA, James, merupakan bonus yang menyenangkan bagi Andreas Arianto.
“Ternyata kebetulan James juga punya darah Celtic, dan lagu ini kental dengan sentuhan Celtic fiddle dan tin whistle yang aku dan Nikki mainkan. Rasanya semuanya jadi klop,” kata Andreas.
Diproduseri oleh Andreas Arianto serta melibatkan penggesek biola berbakat asal Bali Nikki Asvikarani, lagu yang bertema self-discovery journey tersebut diharapkan dapat menjadi pelepas penat akibat pandemi serta hadiah akhir tahun bagi khalayak kosmopolitan muda, para penikmat musik sophisti-pop, sekaligus representasi musik Bali keren masa kini. (Antara/ded)

